Musikimia Set to Release Musically Rich Debut Album

12Musikimia.img_assist_custom-512x290An upcoming debut album from rock band Musikimia promises an interesting mix of multilayered music styles, colors and sounds.

Musikimia was set up in 2012 as a side project by million-copy-selling pop rock band Padi’s vocalist Andi Fadly Arifuddin, drummer Surendro “Yoyo” Prasetyo, bassist Rindra Risyanto Noor and renowned sound sound engineer-turned-guitarist Stephan Santoso.

The album, set to be launched in January 2016, was coproduced by five musicians with different musical styles, pointing, perhaps, to why it contains such an eclectic mixture of songs.

The coproducers working with Musikimia on the album, as yet untitled, include Gugun from blues band Gugun Blues Shelter, Eben from thrash metal band Burgerkill, producer and bassist Bondan Prakoso, jazz guitarist and musical director Nikita Dompas and guitarist Stevi Item from death metal band Deadsquad.

Fadly said that the work truly represented the band’s name, a portmanteau of the words musik (music) and kimia (chemistry).

“This album is like a chemical compound of our music with other genres,” Fadly said during a sneak preview of the upcoming album in Jakarta on Wednesday evening.

“We wanted to push our limits, to challenge ourselves to interpret works from other genres. We wanted to do something that we hadn’t done before.”

Each coproducer produced two songs for the album. Some clearly bear the influence of their producer’s musical genre, while others are surprisingly different, completely deviating from the expected style.

Gugun, for instance, leaves a signature blues influence on songs entitled “Hangus” (Scorched) and “Meski Kau Tak Ingin” (Even If You Don’t Want To).

Other producers, such as Eben, however, have produced tunes that are entirely different from their previous works.

In a song entitled “Pesanku” (My Message), Eben, a metal musician, uses a surprising ensemble of traditional Javanese keroncong tunes delivered at a slow pace, almost like a lullaby.

In “Redam” (Mute), Eben’s genre influence is felt at the beginning of the song but afterwards, the song decelerates to a much slower pace.

Another remarkable song in the album, entitled “Issue”, comes from a collaboration with Stevi. The song features a majestic composition with a meditative quality that takes its listeners to another place in a fantasy and faraway land.

Despite this grand composition, the song’s theme is very simple, telling the story of a man who cannot stand a girlfriend who does not trust him.

In “Hitam Tak Selalu Gelap” (Black Does Not Always Mean Darkness), Stevi and Musikimia take their listeners back to the 1990s with a song that is rich with Brit-pop-influenced tunes and guitar riffs.

For the album’s first single, Musikimia collaborated with Nikita to produce “Dan Bernyanyilah” (And Sing) — a very catchy pop song that somehow bears the influence of U2’s early noughties’ sounds. Nikita also works with Musikimia on another catchy pop song entitled “Bertahan Untukmu” (Hanging On Just For You).

Bondan, meanwhile, coproduced a song entitled “Sebebas Alam” (As Free As Nature), based on a poem by poet Sekar Ayu Asmara.

The song features a very groovy reggae tune with funky folk songs from the 1970s embedded. Given its outstanding musical quality, this song should have been the album’s first single.

However, while Bondan’s “Sebebas Alam” is one of the album’s best, if not the best, another of his efforts falls short.

The song, entitled “Taman Sari Indonesia” (Indonesian’s Garden), is an unreleased song composed by late folk singer Franky Sahilatua. Lyrically, the song talks about his love for the country and its diversity, but it is delivered in a bland narrative. Musically speaking, “Taman Sari Indonesia” does not feature the musical layers and colors that mark the other songs on the album.

Overall, Musikimia’s new album offers a refreshing choice for music lovers at a time when the country’s music scene is flooded with low-quality, cheesy pop songs. The band’s new album’s quality shows the musical maturity of all the musicians involved in producing it.

by Hans David Tampubolon, The Jakarta Post, Jakarta

Rock In Celebes

mk_ric2014Menyimak sebuah festival musik adalah momen istimewa yang patut dikabarkan. Apalagi ketika  tinggal di kota di mana beberapa penikmat musik atau bahkan penggiat musiknya masih abu-abu untuk memahami definisi festival musik. Ya, di kota ini atau mungkin di kota lainnya, masih ada yang sulit membedakan antara festival musik dan kompetisi musik.

Menilik dari Kamus Umum Besar Indonesia, kata festival berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata dasar “festa” atau pesta dalam bahasa Indonesia. Festival biasanya berarti “pesta besar” atau sebuah acara meriah yang diadakan dalam rangka memperingati sesuatu. Atau juga bisa diartikan dengan hari atau pekan gembira dalam rangka peringatan peristiwa penting atau bersejarah, atau pesta rakyat.

Jadi, festival musik itu adalah sebuah perayaan memainkan dan mendengar musik yang dimana setiap orang bebas berekspresi tanpa ada penilaian seorang juri band kompetisi. Sekali lagi, terminologi festival musik dan kompetisi musik sudah harus diluruskan maknanya.

Kehadiran Rock In Celebes selama lima tahun berturut-turut di kota Daeng ini boleh dibilang bisa memberikan pemahaman tentang definisi festival musik yang sebenarnya, seperti di atas. Bahwa esensi musik yang sesungguhnya itu dihadirkan dalam sebuah ruang bebas ekspresi yang mutlak, tapi tetap menjaga kualitas penampilan secara audio dan visual di atas panggung.

Pada tahun 2014 ini, Rock In Celebes memasuki edisi kelima ini menampilkan 10 penampil utama dari band-band cadas kebanggaan negara ini dan 32 band independen yang punya karakter dan ciri masing-masing dalam menampilkan suguhan musiknya. Ini kedua kalinya Rock In Celebes murni menampilkan band dari seluruh Indonesia dan tidak menampilkan band internasional setelah sebelumnya pada tahun 2010 menampilkan Marduk, di 2012 menampilkan Secondhand Serenade, Psycroptic dan Suffocation dan di 2013 menampilkan Chris Carabba dari Dashboard Confessional.

Rock In Celebes 2014 yang dihelat selama dua hari dari 20 sampai 21 Desember 2014 ini dilaksanakan oleh Chambers Entertaiment dan digelar kembali di Celebes Convention Centre Makassar–yang merupakan langganan tempat digelar berbagai macam kegiatan eksibisi di kota ini–sempat membuat saya menyangsikan kalau gelaran musik rock ini bakal sukses. Karena pada tahun sebelumnya, jujur saja, saya kurang menikmati secara suguhan audio tiap penampil, yang mungkin saja kalau boleh dikambinghitamkan, akibat pantulan dari dinding besar yang menjadi sekat antara area festival musik dan festival sandang pada Rock In Celebes 2013.

Hari pertama Rock In Celebes 2014 dibuka oleh  band — band yang mewakili dari berbagai macam genre musik. Untuk penampil utama di hari Sabtu 20 Desember 2014, ada Musikimia, eksponen alternative rock Indonesia yang menjadi anomali unik di antara dominasi oleh unit-unit metal terbaik Indonesia,  mulai dari Kapital yang mewakili Tenggarong, Revenge dari Jakarta, hingga Burgerkill dari Bandung yang berbagi panggung silih berganti di Main Stage A dan B yang tempatnya berdampingan satu sama lain.

Selain penampil utama, Panggung Rock In Celebes pun menampilkan Biang Kerock (Tenggarong) Frontxside (Makassar), Miraculous (Makassar), From Hell To Heaven (Gorontalo), Iklim & Maracana (Palu), Freezer, The Rock Company, Galarasta, Jumping Illusions, Ritual, Bhulu Ayam,, Critical Defacement, dan All Confidence Out dari Makassar yang berbagi di panggung yang sama.

Tidak lupa pula ada panggung lainnya selain di Main Stage A dan B, ada Alternative Stage yang diisi oleh Undegrace (Toraja), Shibuya & Bonzai (Makassar) dan DJ Austyn dan Ajienbuddies serta NET. Stage yang menampilkan Speed Instinct, Ska With Klasik, Next Delay dan Wildhorse. (source)

Musikimia Learns To Jazz

Musikimia @ JJF

Jika di Denmark ada sebuah group band yang bernama Michael Learns to Rock, di Indonesia ada “Musikimia Learns to Jazz”. Ya, begitu ucapan Fadly, sang vokalis Musikimia, ketika tampil di sebuah perhelatan Jazz “Java Jazz Festival” yang tahun ini menginjak Tahun ke-10. Meski bukan sebuah group khusus beraliran Jazz, Musikimia mencoba untuk belajar. Meski sebenarnya Jazz bukan merupakan hal yang baru buat mereka, Rindra sang bassis, sebelumnya pernah juga bergabung di sebuah group musik yang beraliran Jazz.

Fadly Musikimia @ Java Jazz

Di acara Java Jazz ini, Musikimia membawakan 8 buah lagu yang sebagian besar terdapat di Album Kecil Musikimia yang sudah di rilis beberapa bulan lalu.

Stephan Musikimia @ Java Jazz

Dibuka dengan lagu “Rayuan Pulau Kelapa”, Musikimia mampu memberi salam pembukaan yang apik untuk penonton yang hadir di Hall A1 Tebs arena Java Jazz Festival yang kali ini masih di gelar di arena JIEXPO Kemayoran. Selanjutnya, Musikimia menggebrak dengan lagu “Ini Dadaku”, “Merdeka Sampai Mati”, dan lagu dari sang musisi legendaris almarhum Benyamin S “Begini Begitu”.

Rindra Musikimia @ Java Jazz

Di lagu selanjutnya, Musikimia berkolaborasi dengan “Kharisma”, anak dari gitaris band “Karimata”,  untuk membawakan sebuah lagu yang berjudul “Skestsa”. Lagu ini merupakan Tribute To Karimata, sebuah band legendaris  beraliran Jazz fusion yang beranggotakan  Candra Darusman (keyboard), Erwin Gutawa (bass), Denny TR (gitar), Aminoto Kosin (keyboard) dan Uce Haryono (drum, yang kemudian digantikan oleh Aldy dan Budhy Haryono).

Musikimia feat Kharisma

Selain membawakan lagu-lagu dari album kecil-nya, Musikimia juga membawakan sebuah lagu dari band Padi yang sudah di aransemen ulang berjudul “Tempat Terakhir”. Dilanjutkan dengan single pertama Musikimia yang berjudul “Apakah Harus Seperti Ini”, yang mampu membuat pengunjung untuk bernyanyi bersama.

Yoyo Musikimia @ Java Jazz

Di penghujung penampilannya, Musikimia membawakan sebuah lagu dari musisi legendaris Koes plus “Kolam Susu”. Terimakasih untuk Java Jazz yang sudah mengundang Musikimia untuk tampil di acara ini. Musikimia berharap, festival ini akan terus digelar, hingga kemudian bisa menjadi tontonan musik bermutu untuk generasi penerus, anak-anak mereka kelak.

( Image & words by: @Jul2julia )

Senandung Untuk Negeri : Charity Untuk Manado

Hari Rabu, 5 Februari 2014, bertempat di Hard Rock Cafe Jakarta diadakan Konser Koin “Senandung Untuk Negeri” Charity untuk Manado. Banyak musisi ikut berpartisipasi di acara tersebut, salah satunya MUSIKIMIA. Ini foto-foto perform MUSIKIMIA di acara penggalangan dana tersebut, membawakan 2 buah lagu : Apakah Harus Seperti Ini dan Kolam Susu.
Dari yang sedikit kami bisa lakukan ini, Kami berharap semoga Manado bisa lekas bangkit dari bencana banjir bandang tempo hari yang meluluhlantakkan segalanya. Tetap Semangat!
Salam Senyawa.
Musikimia KonserKoin1
Perform Musikimia
Opa2
SS
Rindra
Yoyo
( Image & words by: @Jul2julia )

 

MUSIKIMIA : Membangun Indonesia Positif lewat Album Kecil

Instagram1edit

Bertempat di gedung Sony Music Indonesia, tanggal 2 Desember 2013 akhirnya MUSIKIMIA meluncurkan album perdana-nya yang diberi judul “Indonesia Adalah”. Album ini masih merupakan Album Kecil yang berisi 5 lagu, yang akan menjadi jembatan untuk Full Album selanjutnya di tahun depan. CD album ini akan dirilis bersamaan dengan DVD perjalanan satu tahun Musikimia.

Acara yang dimulai sore itu, diawali dengan penampilan Musikimia dengan membawakan 2 buah lagu secara Medley “Tanah Airku” dan “Kolam Susu”. Dilanjutkan dengan bincang-bincang mengenai materi album Musikimia.

Ketika sebagian orang sudah bersifat apatis terhadap kondisi tanah air, masih ada sebagian anak muda yang konsisten menyuarakan kecintaannya pada tanah air. Mereka adalah : MUSIKIMIA. Dengan meluncurkan album yang diberi nama “Indonesia Adalah” ini mereka memiliki deskripsi masing-masing tentang makna “Indonesia Adalah”.

Menurut Yoyo’ (Drummer) Indonesia adalah kampung yang membesarkannya, dan sangat cinta dengan negara Indonesia ini. Indonesia adalah kampung yang indah, yang patut untuk dibela. Semangat Musikimia adalah cinta tanah air. Dari Sabang dampai Merauke sudah disambangi, dan sadar negara kita adalah negara yang kaya raya dengan banyak budaya. Sebenarnya Indonesia bisa menjadi negara paling kaya di dunia, dan lewat album kecil ini Musikimia ingin memberikan semangat. Dulu pahlawan berjuang merebut kemerdakaan, di era sekarang generasi muda berjuang dengan berkarya .

Menurut Rindra (Bassist) Indonesia adalah negara super power, kalau kita selalu berfikir positif dan tidak menyerah dgn keadaan. Lakukan apa yang kita bisa buat negara kita tercinta ini.

Menurut Fadly (Vocal) Indonesia adalah Atlantis yg hilang, dan Indonesia adalah bangsa yang mempunyai peradaban besar. Dan menurut Stephan (Gitaris) Indonesia adalah banyak hal-hal positif yang selama ini terlupakan. Kita sering mengangkat hal-hal yang negatif dari Indonesia.Sudah saatnya mulai saat ini kita mengangkat sisi-sisi positif dari Indonesia.

***

Untuk video klip “Kolam Susu” yang dirilis belum lama ini, Musikimia bersenyawa dengan anak negeri yang bangga dan cinta kepada Indonesia yaitu “Instanusantara”, yang merupakan sebuah akun di Instagram yang mengangkat foto-foto bertemakan nusantara.

Musikimia Instanusantara

Berbicara mengenai album kecil Indonesia, meskipun hanya terdiri dari 5 lagu namun sudah banyak bercerita :

Lagu “Ini Dadaku” terinspirasi dari pidato Bung Karno. Lagu ini bertujuan untuk menantang dan menyemangati anak bangsa untuk untuk menunjukkan pada dunia bahwa kita Bangsa Indonesia bukan bangsa yang lemah. Juga sebagai generasi penerus mengingatkan kita untuk tidak melupakan sejarah.

Lagu “Apakah Harus Seperti Ini” mengingatkan kita untuk saling meghargai, menyampaikan sesuatu dengan solusi terbaik. Lagu ini merupakan single pertama yang dirilis, dan sudah dibuat video klip-nya yang diambil di lokasi negeri tirai bambu, China.

Lagu “Kolam Susu” ini adalah lagu lama yang diaransemen ulang, dan Musikimia sudah menemui pencipta lagu ini yaitu musisi legendaris Yok Koeswoyo. Lagu ini menggambarkan keindahan alam Indonesia dengan segala kemajemukannya.

Lagu “Merdeka Sampai Mati” mengingatkan kita akan sebuah perjuangan, untuk tidak boleh menyerah dengan keadaan. Berjuang meraih apa yang diinginkan. Dalam lagu ini terdapat puisi dari Widji Thukul, penyair yang hilang di masa orde baru , berjudul “Sajak Suara”dan “Peringatan”.

Lagu “Tanah Airku” merupakan lagu karya Ibu Sud yang bercerita tentang kampung halaman. Musikimia menyelipkan beberapa melodi dari berbagai daerah seperti Dayak (pentatonik), Jawa (Pelog), dan Sulawesi (Mixolydian). Dan di lagu ini, kembali mereka menyelipkan sebuah puisi yang kali ini diambil dari hasil temuan di internet. Setelah ditelusuri, puisi tersebut adalah hasil ciptaan seorang siswa yang berasal dari Cirebon bernama “Haris Rahmat Nugraha”.

***

Di Album Kecil “Indonesia Adalah” ini, Musikimia mencoba untuk menyebarkan energi positif untuk anak bangsa. Mereka berharap bisa memberikan edukasi pada masyarakat luas melalui musik, sekaligus memberikan hiburan pada masyarakat dengan lagu-lagu indah.

Sangat Indonesia terlihat juga pada cover album Musikimia yang dirancang oleh Senyawa (sebutan untuk fans Musikimia) yang juga backing vocal Musikimia “Izzy” yang menggambarkan pulau Indonesia yang terbuat dari batik. Bukan hanya kali ini Musikimia melibatkan Senyawa, untuk DVD satu tahun perjalanan Musikimia juga melibatkan Senyawa untuk berpartisipasi dalam pengisian materi-nya.

Indonesia Adalah

Mengakhiri acara launching albumnya, Musikimia tampil kembali di hadapan rekan-rekan media membawakan 3 buah lagu berturut-turut yang berjudul : Merdeka Sampai Mati, Ini Dadaku, dan Apakah Harus Seperti Ini.

Penasaran dengan CD dan DVD-nya? Silahkan tunggu di toko-toko musik dalam waktu yang tidak begitu lama. Atau bisa juga di download secara resmi di iTunes Indonesia.

Instagram2edit

( Image & words by: @Jul2julia )

Genfest 2013

Musikimia2

Sabtu, 26 Oktober lalu digelar acara #Genfest2013 yang merupakan perhelatan Musiknya Radio Gen FM. Acara yang diadakan di Tennis Indoor Senayan ini menghadirkan musisi-musisi terbaik yang ada di tanah Air. MUSIKIMIA adalah salah satu dari sekian banyak pengisi acara lainnya yaitu diantaranya: Sheila on 7, NOAH, Raisa, Kahitna, Kotak, J-rocks, Yovie Nuno, Sammy Simorangkir, Bondan Prakoso and Fade 2 Black, Maliq and d’Essential, dll.

Musikimia6

Tampil di arena outdoor Stage-2, MUSIKIMIA dijadwalkan tampil  sekitar pukul 16.40 – 17.10 WIB. Tidak begitu lama dari waktu yang dijadwalkan, akhirnya sang vokalis Fadly tampil keatas panggung  mengenakan ikat kepala khas-nya yang akhir-akhir ini sering dipakai bersama dengan Rinda (Bassis), Stephan (Gitar) dan Yoyo (Drummer) dibantu oleh backing vocal yang selama ini setia menemani kemanapun MUSIKIMIA manggung yaitu Izzy.

Musikimia3

Lagu pertama yang mereka nyanyikan adalah “Ini Dadaku” langsung mengguncang Senyawa yang sudah hadir sejak dari siang untuk menyaksikan penampilan Musikimia. Tidak hanya dari dalam kota Jakarta, namun ada juga yang datang dari luar kota.

Musikimia4

Selanjutnya, berturut-turut lagu yang dinyanyikan  adalah : Apakah Harus Seperti Ini, Tempat Terakhir, Tanah Airku, dan Kolam Susu.  Ketika single lagu “Apakah Harus Seperti Ini” dinyanyikan, seluruh Sobat Gen dan Senyawa yang turut menyaksikan penampilan sore itu di atas panggung ikut koor bernyanyi bersama menyanyikan lagu tersebut.

Musikimia7

Di atas panggung, Fadly mengucapkan terimakasih untuk semua yang sudah hadir menyaksikan penampilan MUSIKIMIA dan mau sabar menunggu rilis CD album yang jadwalnya kembali mundur sekitar bulan depan. Namun, untuk lagunya sendiri sudah bisa di download secara  resmi di iTunes. Album yang diberi judul “Indonesia Adalah” ini terdiri dari 5 lagu : Ini Dadaku, Apakah Harus Seperti Ini, Kolam Susu, Merdeka Sampai Mati, dan Tanah Airku.

( Image & words by: @Jul2julia )